Definisi & ( Asal Usul – Budaya – Bahasa – Mata Pencaharian – Agama – Kepercayaan )
Definisi Suku Nias
Suku bangsa nias mendiami Pulau Nias yang terletak disebelah barat Pulau Sumatera. Bersama dengan beberapa pulau kecil disekitarnya daerah ini sekarang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara. Penduduk asli pulau itu manamakan diri mereka Ono Niha artinya “anak manusia” dan menyebut pulau mereka Tano Niha artinya “tanah manusia”, populasi suku bangsa ini diperkirakan berjumlah sekitar 480.000 jiwa. Sedangkan yang lain ialah para pendatang seperti orang Batak, Aceh, Minangkabau dan Cina.
Asal Usul
Menurut masyarakat Nias salah satu mitos asal usul Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut “Sigaru Tora’a” yang terletak disebuah tempat yang bernama “Teteholi Ana’a” menurut mitos tersebut diatas menagatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Teteholi Ana’a karena memperebutkan Takhta Sirao, ke 9 putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.
Budaya
Lompat batu “hombo batu: merupakan tradisi yang sangat populer pada masyarakat Nias di Kabupaten Nias Selatan. Tradisi ini telah dilakukan sejak lama dan diwariskan turun temurun oleh masyarakat di Desa Bawo Mataluo “Bukit Matahari”. Tradisi lompat batu sudah dilakukan sejakan jaman para leluhur, dimana pada jaman dahulu mereka sering berperang antar suku sehingga mereka melatih diri mereka supaya kuat dan mampu menembus benteng lawan yang konon cukup tinggi untuk dilompati.
Seiring berkembangnya jaman tradisi ini turut berubah fungsinya, karena jaman sekarang mereka sudah tidak berperang lagi maka tradisi lompat batu digunakan bukan untuk perang lagi melainkan untuk ritual dan juga sebagai simbol budaya orang Nias. Tradisi lompat batu ialah ritus budaya untuk menentukan apakan seorang pemuda di Desa Bawo Mataluo dapat diakui sebagai pemuda yang telah dewasa atau belum.
Para pemuda itu akan diakui sebagai lelaki pemberani apabila dapat melompati sebuah tumpukan batu yang dibuat sedemikian rupa yang tingginya lebih dari dua meter. Ada upacara ritual khusus sebelum para pemuda melompatinya. Sambil mengenakan pakaian adat, mereka berlari dengan menginjak batu penopang kecil terlebih dahulu untuk dapat melewati bangunan batu yang tinggi tersebut. Sampai sekarang tradisi ini tetap eksis di tengah budaya modern yang semakin menghimpit. Semoga saja kita dapat melestarikan budaya ini agar menjadi kebanggaan tersendiri untuk bangsa kita.
Bahasa Suku Nias
Bahasa Nias termasuk dalam rumpun bahasa Autronesia, bahasa ini tersebar sampai ke Kepulauan Batu di sebelah selatan Pulau Nias, diantaranya terdapat empat dialek yaitu: dialek Nias Utara, Nias Tengah “Gomo”, Nias Selatan “Teluk Dalam” dan dialek Batu.
Mata Pencaharian Suku Nias
Mata pencaharian utama orang Nias ialah berladang tanaman ubi jalar, ubi kayu, kentang dan sedikit padi. Mata pencaharian tambahannya ialah berburu dan meramu, pada saat sekarang di pulau ini ditanam cengkeh dan semak nilam untuk diambil minyaknya.
Agama Dan Kepercayaan Suku Nias
Pada masa sekarang sebagian besar orang Nias sudah memeluk agama Kristen dan sedikit Islam. Agama asli mereka disebut malohe adu “penyembah roh” yang didalamnya dikenal banyak dewa, di antaranya yang paling tinggi ialah Lowalangi. Mereka memuja roh dengan mendirikan patung-patung dari batu dan kayu, rumah tempat pemujaan roh disebut osali. Pemimpin agama asli disebut ere. Pada masa sekarang nama Lowalangi diambil untuk menyebut Tuhan Allah dan osali menjadi nama gereka dalam konsep Kristen.
Sumber Artikel : http://www.gurupendidikan.co.id/suku-nias-definisi-asal-usul-budaya-bahasa-mata-pencaharian-agama-kepercayaan/
Sumber Video : https://www.youtube.com/watch?v=juOAY5pvZ28
Suku Baduy Banten, Mengenal Kehidupan dan Penjelasan Sejarah [Lengkap]
SUKU BADUY BANTEN – Di Negara yang kaya dengan berbagai macam seni dan budaya, Negara Indonesia ini ditempati dengan berbagai macam suku yang menetap di berbagai pelosok nusantara. Keutamaan lokal dengan adat istiadat-nya menjaga kelestarian-kelestarian alam di Negara Indonesia sampai benar-benar mampu terjaga dengan begitu baik dan menyatu dengan alam.
Suku Baduy Banten tersisip diantara banyaknya suku-suku yang ada di Negara Indonesia. Kelompok kesukuan sunda atau masyarakat Suku Baduy Banten ini tinggal bersama alam di wilayah Pegunungan Kendeng, Kecamatan Leuwidamar, Desa Kendes, Lebak, Banten.
Suku Baduy ini terbagi dengan dua golongan, yang mana golongan-golongan tersebut disebut dengan Suku Baduy dalam dan Suku Baduy luar.
Perbedaan-perbadaan dari kedua suku ini ialah, yaitu terdapat perbedaan dalam menjalankan aturan-aturan ketika sedang pelaksanaan adat.
Apabila Suku Baduy dalam masih berpegang teguh dengan adat istiadat dan menjalankan aturan-aturan adat dengan baik, maka sebaliknya tidak dengan saudaranya yaitu Suku Baduy luar.
Perbedaan-perbedaan antara Suku Baduy dalam dan Suku Baduy Luar ini terlihat dari cara menggunakan pakaiannya.
Pakaian-Pakaian adat atau baju yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari Baduy Luar yaitu terlihat dari balutan-balutan warna yang berwarna putih, terkadang perbedaan dalam pakaian tersebut hanya pada bagian celana saja yang mana warna dari celana itu adalah hitam atau biru tua
Perbedaan lainnya terlihat dari cara berpakaian yang dikenakan. Pakaian adat atau baju dalam keseharian Baduy Luar tersirat dalam balutan warna putih yang mendominasi, kadang hanya bagian celananya saja bewarna hitam ataupun biru tua.
Perbedaan Suku Baduy dalam dan Suku Baduy Luar
Suku Baduy ini terbagi menjadi 2 bagian, yang mana bagian-bagian tersebut adalah suku baduy dalam dan suku baduy luar. Diantara 2 bagian kelompok suku baduy ini memiliki perbedaan-perbedaan diantara keduanya, perbedaan-perbedaan tersebut terletak ketika sedang menjalankan peraturan-peraturan adat.
Masyarakat suku baduy dalam ini masih berpegang teguh dengan aturan-aturan adat mereka dan menjankan peraturan-peraturan adat mereka dengan sebaik mungkin, berbeda halnya dengan masyarakat baduy luar, masyarakat baduy luar kehidupannya telah terpengaruh oleh pola hidupnya masyarakat-masyarakat modern seperti pada zaman sekarang ini.
Kehidupan masyarakat baduy dalam dan masyarakat baduy luar ini sudah sangat berbeda, kehidupan pada masyarakat baduy dalam ini masih dengan aturan-aturan yang sangat ketat, yaitu melarang untuk menggunakan barang-barang elektronik seperti Hanphone, Televisi, Radio, dan lain sebagainya
Penduduk-penduduk suku baduy dalam lebih memilih hidup tanpa adanya aluran listrik, tanpa adanya alas kaki seperti sepatu dan sandal, dan setiap hendak bepergian selalu jalan kaki tanpa menggunakan angkutan-angkutan umum seperti mobil dan motor.
Masyarakat baduy dalam ini menggunakan pakaian yang berwarna putih yang mana pakaian tersebut masih dalam keadaan suci, tetapi masyarakat-masyarakat baduy luar menggunakan pakaian yang berwarna hitam, dan celananya berwarna biru dongker, yang mana pakaian tersebut menandakan bahwa masyarakat baduy luar ini sudah tidak suci lagi.
Dalam pembuatan rumahnya saja masyarakat baduy dalam dan baduy luar sangat berbeda sekali, masyarakat-masyarakat baduy luar apabila mereka ingin membangun rumah, maka mereka ini menggunakan alat bantu seperti gergaji, palu dan alat-alat bantu sebagainya yang sangat dilarang keras untuk digunakan oleh masyarakat baduy dalam.
Demi menjaga kelestarian alam, masyarakat-masyarakat baduy dalam apabila ingin membangun rumah, maka mereka membangun pondasi-nya itu dengan menggunakan bahan-bahan batu dari kali, hal ini dilakukan karena ingin menjaga kelestarian pada alam.
Membangun pondasi dengan bebatuan dari kali itu tanpa melakukan penggalian tanah terlebih dahulu, maka sudah tak ragukan lagi apabila tekstur pada tanah di pemukiman penduduk baduy dalam ini masih terlihat alami dan bergelombang serta tidak ada terjadinya longsor.
Bukan hanya dengan pembangunan rumah saja, tetapi dengan cara mereka mandi dan cara mereka menggunakan bahan-bahan kimia seperti sampo dan sabun yang dibolehkan untuk di gunakan oleh masyarakat baduy luar.
sementara untuk masyarakat baduy dalam ini masih sangat dilarang untuk menggunakan bahan-bahan kimia seperti itu, karena menurut mereka apabila menggunakan bahan-bahan kimia untuk mandi dapat mencemari alam-alam disekitar mereka.
Walaupun diantara suku ini memiliki perbedaan, nilai luhur pada adat suku baduy ini masih di genggam dengan kuat dan selalu diwariskan secara turun menurun oleh seluruh masyarakatnya.
Kehidupan Suku Baduy
Di Negara indonesia dari Sabang sampai Merauke, banyak sekali ragam budaya dan ragam suku yang sudah ada dari ratusan tahun yang lalu. Salah satu suku yang sudah ada pada ratusan tahun lalu adalah Suku Baduy, yang mana suku baduy ini terletak di daerah Provinsi Banten.
Suku Baduy adalah salah satu suku yang menjaga dan mempertahankan nilai kebudayaan adat dari peninggalan leluhurnya, mereka (Masyarakat Baduy) agak sedikit terjaga dari kehidupan dunia luar, yang mana suku baduy ini menjalani hidup mandiri tanpa ada sedikitpun sentuhan-sentuhan teknologi.
Mereka ini memiliki alasan-alasan tersendiri untuk mengasingkan dirinya dari kehidupan atau aturan-aturan dunia luar, namun mereka ini berusaha untuk menjaga dan mempertahankan adat kebudayaan yang telah diturunkan oleh leluhur-leluhur mereka terlebih dahulu.
Kehidupan Suku Baduy
Di Negara indonesia dari Sabang sampai Merauke, banyak sekali ragam budaya dan ragam suku yang sudah ada dari ratusan tahun yang lalu. Salah satu suku yang sudah ada pada ratusan tahun lalu adalah Suku Baduy, yang mana suku baduy ini terletak di daerah Provinsi Banten.
Suku Baduy adalah salah satu suku yang menjaga dan mempertahankan nilai kebudayaan adat dari peninggalan leluhurnya, mereka (Masyarakat Baduy) agak sedikit terjaga dari kehidupan dunia luar, yang mana suku baduy ini menjalani hidup mandiri tanpa ada sedikitpun sentuhan-sentuhan teknologi.
Mereka ini memiliki alasan-alasan tersendiri untuk mengasingkan dirinya dari kehidupan atau aturan-aturan dunia luar, namun mereka ini berusaha untuk menjaga dan mempertahankan adat kebudayaan yang telah diturunkan oleh leluhur-leluhur mereka terlebih dahulu.
Namun, bukan berarti mereka ini menutupi diri dari masyarakat-masyarakat luar, mereka ini masih bisa diajak berbicara atau berinteraksi seperti pada umumnya, tapi tetap harus patuh terhadap peraturan-peraturan adat yang berlaku.
Dibawah ini akan ada penjelasan tentang kehidupan suku baduy yang biasa mereka jalankan.
1. Masyarakat Baduy Mempunyai Cita-Cita Sederhana
Kesederhanaan dari penduduk Suku Baduy ini bukan hanya dari pola kehidupannya saja, tetapi cita-cita dari mereka ini dapat dikatakan sangat sederhana sekali.
Orang tua suku Baduy ini berharap kepada sang anak untuk mempunyai cita-cita hanya sebatas untuk membantu orang tuanya berladang saja, tidak lebih dari itu, intinya setiap orang tua didaerah baduy tak ingin anaknya untuk menjadi bartender coffe atau menjadi stand up comedian.
Semua orang tua di Baduy berharap kepada anaknya, bahwa jika anaknya besar nanti dia bisa membantu orang tuanya untuk berladang dan bercocok tanam.
2. Di Suku Baduy Masih Menggunakan Perjodohan Untuk Menikahkan Laki-Laki dan Wanita
Sama seperti kisah dari Siti Nurbaya, suku Baduy ini masih menggunakan perjodohan untuk menikah kan anak laki-laki-nya dan anak perempuan-nya. Semua orang tua didaerah baduy akan menjodohkan anaknya dengan sesama Suku Baduy.
Ketika anak perempuannya sudah berusia 14 tahun, maka disitu orang tuanya akan mencarikan anak perempuannya itu dengan sesosok lelaki dari Suku Baduy dalam untuk dijodohkan dan di nikah kan.
Tetapi, orang tua laki-laki dari Suku Baduy dalam berhak bebas memilih mana yang tepat untuk dinikahkan dengan anak laki-lakinya.
3. Larangan Unruk Berkunjung Selama 3 Bulan
Meskipun masyarakat baduy bukan terdiri dari agama Islam, tetapi mereka juga suka melakukan ibadah puasa sebanyak tiga kali selama satu sampai tiga bulan berturut-turut.
Kegiatan puasa di Suku Baduy ini disebut dengan kegiatan “Kawalu”. Ketika masyarakat Baduy sedang melaksanakan kawalu, orang-orang luar Baduy dilarang masuk ke daerah Baduy dalam, orang-orang luar boleh tetap masuk tetapi dibatasi hanya di wilayah Baduy luar saja, itupun dilarang untuk bermalam.
Masyarakat Suku Baduy Banten ini menganggap bahwa Kawalu ini merupakan salah satu kegiata adat yang sangat suci dan tidak boleh ditanggalkan apalagi sampai mendapat gangguan dari orang-orang luar.
Selama menjalankan ibadah Kawalu, Orang-orang Baduy memohon doa untuk para leluhur mereka atau nenek-nenek mouang supaya senantiasa diberi keselamatan dan kesejahteraan.
Sejarah Suku Baduy
Orang Baduy atau orang Kanekes ialah satu kelompok penduduk adat Sunda di daerah Kabupaten, Lebak, Banten. Sebutan kata dari kata “Baduy” ini adalah sebutan dari para ahli peneliti dari Negara Belanda yang katanya sebutan Baduy ini menyamakan mereka dengan Suku Arab Badawi.
Terdapat dua kategori penduduk di daerah Baduy, penduduk Baduy Luar adalah orang-prang yang sudah mengeluarkan diri dari adat dan daerah Baduy dalam, tetapi Baduy dalam merupakan bagian keseluruhan dan keutuhan dari Suku Baduy.
Tak seperti penduduk Baduy luar, penduduk Baduy dalam ini masih berpegang teguh dengan erat terhadap adat dan istiadat dai nenek moyang mereka yang di wariskan secara turun menurun ke anak dan cucu mereka.
Intinya, peraturan-peraturan yang terdapat di Baduy dalam dan Baduy luar ini hampir sama, namun Baduy luar ini lebih mengenali yang namanya sistem teknologi dibadingkan dengan penduduk Baduy dalam yang tak mengetahui apa-apa tentang sistem teknologi.
Itulah sedikit pembahasan untuk kalian tentang Suku Baduy Banten dari berbagai sumber, semoga adanya pembahasan ini menjadi tambahan wawasan ilmu pengetahuan kalian dan bermanfaat bagi kalian yang membacanya.
Terimakasih, Jangan lupa di share juga yah biar bisa bermanfaat untuk banyak orang
Sumber Artikel : https://baabun.com/suku-baduy-banten/
Sumber Video : https://www.youtube.com/watch?v=O9tLEJCalxg
Senin, 16 April 2018
Tari Saman: Warisan budaya asli Aceh yang diakui dunia
TARI SAMAN – Indonesia merupakan salah satu negara dengan kebudayaan terbanyak. Dimulai dari beragam suku yang ada di Indonesia hingga berbagai kesenian.
Di mana dari sekian banyak suku tersebut memiliki kesenian dengan keunikannya tersendiri.
Seperti tari, kesenian yang ditunjukkan dalam bentuk pementasan gerakan yang satu kesatuan membentuk keindahan gerak dan memiliki arti ini sangatlah populer di Indonesia.
Nah dari sekian banyak tarian asal Indonesia, tari Saman adalah salah satu yang paling populer.
Tak hanya di Indonesia, tarian ini bahkan sudah dikenal hingga mancanegara dengan banyaknya pementasan tari saman di berbagai negara asing.
Kepopuleran tarian asal Aceh ini tak lain yaitu karena keunikan yang dimiliki.
Ya, pada tarian ini kamu tak hanya akan melihat keunikan gerakan penarinya yang kompak saja, akan tetapi juga harmonisasi antara lagu dengan paduan suara yang mengiringi gerakan.
Ingin lebih mengenal tari asal Aceh yang sudah mendunia ini? Yuk simak ulasan berikut.
Tari Saman merupakan salah satu tari asal Suku Gayo, Aceh, Indonesia. Di mana tari ini mulai dikembangkan sejak abad ke-14 oleh seorang ulama besar Aceh yang bernama Syekh Saman.
Pada awalnya, tari Saman hanyalah sebuah permainan rakyat yang disebut dengan Pok Ane.
Akan tetapi setelah kebudayaan Islam masuk ke daerah Aceh khususnya ke Suku Gayo, permainan rakyat ini kemudian berakulturasi.
Sehingga nyanyian pengiring permainan rakyat Pok Ane yang mulanya bersifat pelengkap, berubah menjadi sebah nyanyian penuh makna serta pujian kepada Allah.
Tak hanya itu, kebudayaan Islam juga mampu mengubah beberapa gerakan dasar pada tarian ini, mulai dari tepukan tangan hingga perubahan pada tempat duduk para penarinya.
Penggunaan tari saman dan pengakuan dari dunia
Di masa kesultanan Aceh, tarian ini hanya ditampilkan saat acara atau perayaan Maulid Nabi Muhammad. Pementasan ini pun hanya dilakukan di surau-surau atau masjid yang berlokasi di daerah Gayo.
Akan tetapi pada perkembangannya, kemudian ia mulai dimainkan di berbagai acara umum. Seperti acara pernikahan, acara ulang tahun, acara khitan dan lain sebagainya.
Hingga pada tahun 2011 lalu, tari Saman telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) asal Indonesia yang diresmikan oleh UNESCO pada sidang keenam Komite Antar Negara yang dilaksanakan di Pulau Dewata Bali.
Tarian yang dalam bahasa Internasionalnya juga dikenal dengan sebutan “Dance of Thousand Hand” inipun hingga saat ini masih terus dilestarikan.
Bahkan bukan hanya oleh suku Aceh Gayo, akan tetapi juga oleh seluruh masyarakat dunia yang kagum akan keunikan tari Saman.
Gerakan dan penari tari Saman
Saat pertama kali dimainkan, tari Saman adalah satu tarian yang hanya dipentaskan oleh penari pria dengan jumlah hanya 10 orang saja, yaitu 8 sebagai penari dan 2 lainnya sebagai pemberi aba-aba.
Namun setelah mengalami perkembangan, akhirnya disadari bahwa sebuah tarian akan terlihat jauh lebih menarik apabila dimainkan oleh banyak penari. Oleh sebab itu tari Saman pun saat ini dimainkan oleh lebih dari 10 penari.
Selain itu, tari Saman yang awalnya hanya dimainkan oleh penari pria pun kini sudah bisa dimainkan oleh para penari wanita.
Karena gerakan tari yang begitu cepat dan jumlah penari yang cukup banyak, untuk mengatur gerakan tari Saman tidaklah mudah. Untuk itulah, umumnya gerakan tari Saman akan dipimpin oleh 2 syekh.
Di mana syekh merupakan orang yang akan mengatur irama gerakan juga sebagai pemandu nyanyian atau syair yang mengiringi tari seribu tangan ini.
Unsur tari saman
Secara umum, gerakan pada tari Saman terbagi menjadi beberapa unsur. Yaitu gerakan tepuk dada dan tepuk tangan, gerakan guncang, gerak lingang, gerak kirep, serta gerak surang-saring.
Nama-nama gerakan ini adalah nama yang diambil dari bahasa Gayo.
Dari gerakan tari ini, harmoninasi gerakan tarian yang begitu cepat bersama dengan syair-syair yang mengiringinya adalah satu daya pikat yang membuat penontonnya berdecak kagum.
Bahkan, banyak orang asing yang jauh lebih mengenal tari Saman dibanding dengan tari Pendet asal Bali yang juga sudah mendunia.
Lagu dan paduan suara tari Saman
Jika umumnya sebuah pertunjukan tari akan diiringi oleh lantunan alat musik, namun tidak dengan pertunjukan tari Saman. Ya, pada pertunjukan asli tari Saman kamu tidak akan mendapati satupun alat musik yang mengiringi gerakan tari.
Satu-satunya irama yang akan kamu dengar ketika menyaksikan pertunjukan menakjubkan ini adalah suara dari para penari yang berguna sebagai pengiring serta penyelaras gerakan.
Dalam satu kali pementasan para penari akan bertepuk tangan, tepuk paha, tepuk dada, maupun tepuk lantai dan kadang menyanyikan syair tersendiri untuk dapat menyesuaikan gerakan antara penari satu dengan yang lainnya.
Untuk nyanyian atau syair yang disenandungkan biasanya adalah sebuah nasihat dan pepatah yang memiliki makna dalam. Syair tersebut berisi tentang pesan moril dan ajaran Islam yang harusnya diresapi oleh siapapun yang mendengarnya.
Aturan nyanyian dalam tarian saman
Bagi seorang pemandu tari atau syekh, menyanyikan syair tari Saman ini tak boleh dilakukan dengan sembarangan. Terdapat 5 peraturan atau cara baku yang wajib ditaati dalam menyanyikan lagu tarian ini, yaitu :
Rengum atau auman yang diawali oleh seorang pemandu.
Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh penari.
Refet atau lagu singkat yang memiliki nada pendek, dinyanyikan oleh salah seorang penari yang berada di bagian tengah.
Syekh atau lagu yang disenandungkan dengan suara panjang tinggi sebagai tanda adanya perubahan gerakan.
Saur atau lagu yang diulangi bersama oleh seluruh penari setelah disenandungkan oleh penari solo.
Makna dan arti tari saman
Terlepas dari harmonisasi gerakan dan nyanyian yang dilantunkan, bagi masyarakat Aceh tari Saman memiliki makna yang begitu dalam.
Tari ini melambangkan tingginya pendidikan, sopan santun, kekompakan, kebersamaan, serta kepahlawanan masyarakat Aceh yang religius.
Pesan dakwah yang tersampaikan dalam setiap syair pun mempunyai nilai tersendiri. Nasehat dengan makna yang begitu mendalam dan bersifat kental dalam syair lagu tari Saman ini.
Sebelum tarian dimulai, sebagai mukaddimah atau pembukaan akan tampil seorang tua yang cerdik dan pandai sebagai wakil masyarakat setempat (keketar) atau nasihat yang berguna untuk para pemain serta penonton.
Dengan arti dan makna yang begitu dalam tak heran jika tarian ini sering kali ditampilkan dalam acara besar. Di mana penyajian tampilan tari Saman bisa dipentaskan, dipertandingkan antar grup sepangkalan (dua grup) dengan grup tamu.
Kemudian penilaian akan di titik beratkan pada kemampuan dari masing-masing grup dalam mengikuti gerakan tari dan syair atau lagu yang disajikan pihak lawan.
Bagaimana menarik bukan? Sebagai warga Indonesia yang baik, tentu kamu harus lebih mencintai budaya sendiri dibanding dengan budaya asing.
Atau bahkan jangan sampai warga asing lebih mencintai budaya Indonesia yang begitu berharga ini.
Cintai dan tunjukkan rasa cinta kamu dengan cara mempelajari serta perbanyak menonton pertunjukan kesenian asli Indonesia.
Suku Dunia ~ Dayak atau Daya adalah suku asli yang mendiami Pulau Kalimantan, Indonesia. Suku Dayak diperkirakan berasal dari Yunan di Cina Selatan. Sekitar 3.000 - 1.500 SM, penduduk Yunan bermigrasi secara besar-besaran. Mereka membentuk kelompok-kelompok kecil. Sebagian dari mereka mengembara ke Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu (Malaysia).
Suku Dayak terbagi dalam berbagai sub-suku yang kurang lebih berjumlah 405 sub-suku. Namun, secara garis besar Suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yaitu Apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan, dan Punan. Suku Dayak Punan merupakan Suku Dayak yang paling tua mendiami Pulau Kalimantan. Berikut beberapa suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan.
No.
Nama Suku Dayak
Wilayah Penyebaran
1.
Kanayatn
Kalimantan Barat (Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Bengkayang, sebagian kecil di Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sanggau).
2.
Banyadu
Kalimantan Barat (Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Sanggau).
3.
Punan
Hulu Sungai Kapuas.
4.
Krio
Daerah aliran Sungai Krio, Kabupaten Ketapang.
5.
Iban
Kalimantan Barat, Serawak, dan Brunei.
6.
Ot Danum
Wilayah Pegunungan Schwaner.
7.
Benuaq
Kalimantan Timur (Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Samarinda), Kalimantan Tengah (Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Selatan).
8.
Kenyah
Serawak, Kalimantan Timur (Kabupaten Malinau), Kalimantan Barat.
9.
Maayan
Kalimantan Tengah (Kabupaten Barito Timur dan sebagian Kabupaten Barito Selatan), Kalimantan Selatan (Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Kotabaru).
Bahasa Suku Dayak
Suku Dayak terdiri atas beragam sub-suku yang memiliki dialek bahasanya masing-masing. Secara ilmiah, ada 5 kelompok bahasa yang dituturkan, yaitu Barito Raya, Dayak Barat, Borneo Utara, Dayak Banuaka, Melayik. Selain itu, bahasa Indonesia juga sering digunakan.
Adat Istiadat Suku Dayak
Salah satu tradisi masyarakat Dayak adalah upacara adat naik dango. Naik dango merupakan apresiasi kebudayaan masyarakat adat Dayak Kanayatn Kalimantan Barat yang rata-rata berprofesi sebagai petani. Makna upacara adat naik dango bagi masyarakat suku Dayak Kanayatn adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia Jubata (Tuhan) kepada Talino (manusia) karena telah memberikan padi sebagai makanan manusia. Ritual ini juga sebagai permohonan doa restu kepada Jubata untuk menggunakan padi yang telah disimpan di dango padi, agar padi yang digunakan benar-benar menjadi berkat bagi manusia dan tidak cepat habis. Selain itu, upacara adat ini sebagai pertanda penutupan tahun berladang dan sebagai sarana untuk bersilaturahmi untuk mempererat hubungan persaudaraan atau solidaritas.
Rumah Adat Suku Dayak
Rumah Betang atau rumah Panjang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman sku Dayak. Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang dibangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga hingga lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut.
Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagai makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama, ataupun latar belakang sosial.
Peninggalan Suku Dayak
Salah satu bentuk peninggalan masyarakat Dayak adalah Candi Agung. Bangunan ini merupakan sebuah situs candi Hindu berukuran kecil yang terdapat di kawasan Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya se-zaman dengan Kerajaan Majapahit.
Candi Agung Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa Kahuripan yang dibangun oleh Empu Jatmika pada abad XIV Masehi. Dari kerajaan ini kemudian melahirkan kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan Kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di Candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih terdapat di sana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun, bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.
Berikut adalah video kebudayaan Suku Dayak
Sumber : http://suku-dunia.blogspot.co.id/2015/08/kebudayaan-suku-dayak.html
Sumber Video : https://www.youtube.com/watch?v=2yQ1r1Xikrs